Sabtu, 11 Februari 2012

My Lost My Luck




Disclaimer : Masashi Kishimoto
Pair :
Hyuuga Hinata
Uchiha Sasuke
Mungkin bisa bertambah
Genre : Hurt, Drama, Family, Romance, Humor
Rating : T atau semi M (?)
Warning : Ooc, Au, (miss) Typo, Oc (mungkin) dan hal aneh lainnya.
Keterangan Usia :
Hyuuga Hinata : 24 th
Uchiha Sasuke : 27 th
Hatake Kakashi : 32 th
Semoga berkenan
Happy Reading
Hahhm…
Lagi-lagi menghela napas. Sulit sekali menghilangkannya, selalu saja seperti ini. Debar jantungku sulit sekali berdetak seperti biasanya. Kenapa selalu terjebak dalam situasi ini? Kemana orang itu? Pasti datang terlambat. Pikirku seraya menerawang kesegala arah mencari sebuah sosok yang mungkin aku kenali.
Kumpulan orang berkantong tebal, wajah-wajah senang itu, pernak-pernik mewah, gaun dan jas bermerk, tak lupa makanan buatan chef ternama tak pernah ketinggalan serta seluk beluk lainnya yang memberi kesan mewah. Sebuah pesta yang membuatku terjebak disini, dan tentunya sebuah misi yang menjebakku pula.

Perlahan ku langkahkan kaki mencoba melepaskan diri dari keramaian pesta ini sambil sesekali melempar senyum tipis pada setiap orang yang mencoba menyapaku ramah. Hingga kaki ini membawa ku pada sebuah taman belakang yang indah dan terasa sejuk dengan smeilir angin malam. Kulihat disatu sisi taman terdapat bangku yang terbuat dari beton dengan sebuah pohon sakura yang bermekaran menaunginya. Sepertinya tempat yang nyaman, pikirku seraya melangkah menghampiri tempat tersebut.
Selama perjalanan kesana semilir angin menerbangkan ujung-ujung gaun berwarna soft purple -gaun yang sedang ku pakai- dan helaian rambut yang sengaja kubiarkan tergerai beberapa, seakan-akan mengajaknya ikut menari bersama.
"Hahm…Nyamannya…" Lirihku seraya tersenyum puas begitu aku duduk di bangku beton tersebut.
"Disini memang nyaman." Gumam seseorang membuatku terlonjak kaget. Sebuah suara yang menganggu ketenanganku.
Ku tengokkan kepala mencari sosok yang bersuara itu. Dimana dia. Dimana penganggu itu. Tak lama akhirnya kupasrahkan pencarian atas dirinya. Mungkin hanya orang lewat. Memang ada beberapa orang melewati tempatku berada.
"Mencariku,Nona?" Tanya sosok itu, memperdengarkan kembali suaranya. Kali ini ia berucap sambil melangkah pelan menampakkan sosoknya dari arah belakangku.
Sosoknya menjadi tak terlihat akibat pakaiannnya yang gelap dan kurangnya cahaya yang menerangi pohon sakura itu. Hatiku terasa mencelos begitu menatap langsung mata kelamnya. Tubuhku serasa tertarik terhempas kedalamnya. Sorot mata yang tajam dari bola mata kelam itu. Dia tersenyum tipis bahkan tipis sekali untuk dlihat dengan mata telanjang dan itu berhasil membuat pipiku terasa hangat. Seketika ku tundukkan kepala menatap sepatu High heels berwarna perak yang sedang ku kenakan. Tampan dan keren. Kata itulah meluncur begitu saja dalam benakku, kesan pertama dari pria itu.
"Kau tak suka pestanya?" Tanya pria itu tanpa melihat ke arahku, pandangannya tertuju pada rumah bergaya Eropa yang sedang ramai itu. "Terlalu ramai, bukan?" Tambahnya.
Aku hanya menganggukan kepala menanggapinya dan sepertinya pria itu mengerti.
"Hei..ngomong-ngomong aku baru melihatmu. Kau baru pertama kali datang ke pesta seperti ini?"
"M-mungkin." Jawabku agak terbata dan nampaknya membuat pria itu menaikkan sebelah alisnya. "…M-maksudku...E-eto…Aku…M-maksudku…"
"TEME!" Seru seseorang berambut pirang berlari kecil menghampiri kami. Teme? Dia memanggil siapa? Mungkinkah pria dihadapanku ini? Nama yang aneh.
Begitu pria berambut pirang itu memanggilnya, tampak ia berdecak tak suka.
"Sedang apa kau disini? Ibumu sedang mencarimu. Cepat kesana." Tambah pria berambut pirang. Sementara pria bermata kelam itu tidak berkata apa-apa. Dia langsung melangkahkan kakinya pergi meninggalkan ku dan di ikuti oleh pria berambut pirang yang sepertinya adalah temannya.

Uchiha Sasuke tak henti-hentinya merutuki teman bodohnya itu – menurut Sasuke – bagaimana tidak, dengar suara cempreng temannya itu telah mengusik ketenangannya. Tunggu ketenangannya? Apa yang di maksud dengan ketenangannya saat bersama gadis berambut Baby Blue itu? Bagaimana mungkin? Semua orang tahu kalau Uchiha Sasuke adalah orang sulit untuk dekat dengan seorang gadis.
"Hei Teme. Kau kenapa?" tanya Naruto - yang diketahui adalah teman bodohnya itu – begitu melihat Sasuke yang tampak semakin dingin bahkan bisa dibilang lebih suram.
Sementara Sasuke tak menyahutinya. Ia terus melangkah mendekati sang ibu yang sedang serius mengobrol dengan seorang pria tinggi berambut perak. Sesaat Sasuke tampak heran siapa gerangan pria itu tapi ia tidak terlalu mempedulikannya. Dan tepat setelah Sasuke sampai di hadapan sang ibu, pria berambut perakpun melangkah pergi meninggalkan mereka.

"Hinata."panggil seseorang yang suaranya tak asing lagi buatku datang menghampiriku yang masih tetap setia duduk di bangku beton di bawah pohon sakura.
"K-kau sudah datang." Sahutku pelan. Sebenarnya dalan hati aku kesal setengah mati dengan keterlambatannya.
"Kau marah?" tanyanya seraya duduk disebelahku dengan wajah innocent.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan?"
Tiba-tiba wajah pria itu berubah seketika menjadi serius. Dari bahasa tubuhnya aku bisa mengira bahwa tampakkan tugasku kali ini lebih sulit dari biasanya. Untuk berjaga-jaga aku harus menguatkan segala hal yang dibutuhkan, fisik, pikiran dan hati.
Hening
Pria berambut perak yang lebih di kenal sebagai Hatake Kakashi ini masih terdiam. Tak mengeluarkan sepatah katapun. Dan jujur saja itu membuatku bosan. Kemudian yang terdengar hanya gemersik angin yang mengajak bunga sakura yang sedang mekar ikut menari bersama.
"Pasti tugas yang sulit." Tebakku seraya memecahkan keheningan.
Kakashi masih belum menjawab.
"A-akan aku lakukan. B-bagaimanapun memang tak ada pilihan lain, b-bukan?" tambahku seraya tersenyum miris menghadapi kenyataan bahwa aku sulit untuk terlepas dari bayang-bayang 'Mr'.
"Jika kau mau, aku akan mengatakan padanya dan memintanya memberi tugas yang lain." Akhirnya Kakashi mengeluarkan suaranya.
"S-sudah ku putuskan a-apapun itu akan k-ku lakukan. K-kau tak perlu cemas."
"Tidak bisa. Kali ini sangat berbahaya resikonya, 'dia' sulit untuk dihadapi. Dan jika kau terus bersikeras, kau akan dalam bahaya."
"M-meski a-aku menolakpun…'Mr' t-tidak akan mau melepaskanku b-begitu saja…" Semakin lama suaraku terdengar bergetar.
Setiap tugas yang diberikan 'Mr' memang membuatku harus menutup mata hatiku rapat-rapat dan menguras segala pikiranku.
"L-lakukan saja s-sesuai perintahnya. S-siapa target berikutnya?" Ucapku seraya beranjak berdiri.
"Aku sudah mengatur pertemuannya. Besok kau akan bertemu dengannya di restoran biasanya pukul 09.00. Langkah selanjutnya aku akan mengirimu e-mail." Jelas Kakashi setelah menghela napas panjang. Ia tahu bahwa aku tidak bisa di cegah lagi jika sudah mengambil keputusan.
Sebelum pesta selesai Kakashi sudah mengantarku pulang. Sepanjang perjalanan kami tak sedikitpun berbincang. Yang terdengar hanyalah helaan napas. Kakashi focus menyetir sebuah mobil mewah berwarna silver, sementara aku duduk bersandar di bangku penumpang bagian depan sambil menatap kearah jendela yang ada disebelah kananku melihat pemandangan luar kaca yang menajikan berbagai jenis toko yang berjajar rapi di pinggir trotoar. Entah mengapa rasanya malam ini sangat melelahkan, rasanya seluruh kepenatan serasa menumpuk menjulang tinggi di bahu. Setidaknya aku ingin malam ini aku bisa menikmatinya penuh dengan ketenangan, mempersiapkan hari esok yang berat.

Sementara di tempat lain.
Di sebuah kediaman yang begitu besar dan mewah nampak seorang lelaki tinggi sekitar 70.8 inchi atau mungkin sekitar 180 cm berjalan memasuki kediamannya dengan tampang kesal. Sesekali ia menggeram tanpa menghiraukan seruan yang memanggil namanya. Sorot matanya begitu tajam. Setiap pelayan yang ingin menyapa atasannya yang satu ini, kembali mengurungkan niatnya.
Dengan langkah cepat sang pria memasuki ruangan pribadinya dan menggebrak pintu cukup keras untuk sekedar memberi peringatan 'siapapun tak ada yang boleh masuk'. Begitu memasuki ruangannya, sang pria tampan melepaskan jas hitamnya dan langsung melemparkannya ke sofa yang tak jauh dari ranjang besar yang terlihat nyaman itu. Lalu, ia hempaskan tubuhnya ke ranjang, menumpukan lengan kanannya ke dahi. Ia sangat kesal. Sesaat memejamkan mata sejenak membuatnya mengingat kembali hal yang menyebabkan mood-nya buruk.
Flashback
"Kaa-san mencariku?" Tanya Sasuke tepat setelah ia melihat seorang pria berambut perak pergi yang sebelumnya berbincang serius dengan ibunya.
"Besok pukul 09.00 datanglah ke alamat ini." Jawab sang ibu yang lebih dikenal dengan Ny. Uchiha Mikoto. Pembawaannya yang anggun dan dikenal ramah serta baik hati menjadikannya sosok yang dikagumi oleh istri-istri konglomerat di negeri Konoha ini. Beliau juga sosok yang sangat di hormati oleh putra-putranya terutama bagi putra bungsunya itu. Sehingga sulit bagi Sasuke untuk menolak setiap permintaan sang ibu.
"Lagi?" Ucap Sasuke heran dengan sebuah kartu bertuliskan sebuah alamat restoran yang di sodorkan sang ibu. Secara tidak langsung itu menyebabkannya menjadi kesal meski tak diperlihatkan.
Bagaimana tidak, sang ibu – Mikoto - tampaknya tak pernah menyerah untuk mencarikan putranya itu seorang pendamping ditambah dengan motivasinya ingin mendapatkan seorang putri yang manis dan hangat untuk menjadi menantunya. Bisa di ingat sudah banyak putri dari keluarga terpandang yang ditolak mentah-mentah oleh Sasuke, dan di antaranya ada yang dipermalukan, di usir dengan tidak hormat, di tinggalkan begitu saja tanpa kehadiran Sasuke, bahkan Sasuke pernah meminta Naruto untuk menggantikannya datang ke kencan buta itu.
Tidak mungkin seorang Uchiha Sasuke tidak ada seorang gadispun yang tidak menyukainya. Justru banyak sekali yang menyukai sosok tampan dan dinginnya itu. Lalu untuk apa melakukan kencan buta? Tentulah Mikoto mengingat putranya yang satu ini tidak bisa membuka hatinya untuk seorang gadis atau sekedar berteman dengan mereka pun Sasuke enggan. Maka satu-satunya cara yang dipikirkan Mikoto adalah membuat Sasuke mengikuti acara kencan buta itu.
"Bagaimanapun kali ini kau harus datang dan harus berhasil. Jika kau tidak datang lagi, kau akan tahu apa konsekuensinya." Ancam Mikoto sambil tersenyum manis hingga membuatnya terlihat sangat menyeramkan – dimata Sasuke –
Flashback end

Pagi-pagi sekali Hinata sudah dibangunkan oleh suara alarm yang aneh, suara yang mememakkan telinga bahkan bisa-bisa harus memeriksakan diri ke dokter spesialis THT. Mungkin agak berlebihan tapi memang begitulah keadaannya, suaranya lebih buruk dari suara alarm ambulans, alarm kebakaran dan lainnya.
Segera mungkin Hinata memulai aktivitas paginya. Dan tepat setelah ia menyiapkan sarapan sederhana berupa telur gulung, ikan bakar, sup miso, dan beberapa makanan pendamping lainya, akhirnya surat elektronik berupa e-mail yang dijanjikan Kakashipun datang. Hinata menghela napas pelan seraya membaca kata demi kata yang tertera disana menampilkan identitas dari target mereka selanjutnya.

Sejak tadi aku sulit sekali mengontrolnya. Tidak seperti biasanya jantung berdetak kencang dan tidak beratur seperti ini. Pada tugas-tugas sebelumnya aku tidak pernah seperti ini. Entah mengapa kali ini sangat berbeda. Sempat aku terkejut ketika membaca e-mail dari Kakashi. Seperti yang dikatakannya semalam, target kali ini sangat sulit dilawan bahkan bisa dibilang berbahaya. Sebab target kali ini berasal dari keluarga terpandang, mungkin keluarga yang sangat terkenal di dunia bisnis di berbagai negeri dan sangat disegani.

Cukup lama aku duduk sendirian di restoran sederhana ini. Sambil sesekali merapika penampilan, kupandangkan mata kesegala arah mencari sosok yang akan kutemui. Sudah 10 menit lamanya aku duduk menunggu kedatangannya. Tak ada tanda-tanda keberadaannya. Rasa kesal perlahan mulai menjalariku. Kuhelakan napas pelan mencoba bersabar lagi dan berpikir positif, siapa tahu orang itu terjebak macet atau kesibukan yang membuatnya datang terlambat. Segala kemungkinan pasti ada bahkan yang terburukpun.
5 menit
6 menit
7 menit
10 menit kedua akhirnya ia menampakkan batang hidungnya.
"Kau sudah datang." Ucapnya seraya mengambil duduk dihadapanku dan memanggil seorang pramusaji tuk memesan sesuatu. Selama menunggu pesanannya datang, dia tak mengeluarkan sepatah katapun. Yang dilakukannya hanya sedikit menundukkan kepalanya seraya menatap jari jemarinya yang perlahan mengetuk-ngetuk meja.
"A-ano…S-sumimasen…" Lirihku mencoba membuka pembicaraan. Iapun langsung memberiku tatapan tajam yang secara otomatis membuatku tak berkutik. Rasanya tatapan pria itu bisa menembus kedalam mataku.
"K-kau datang terambat. A-apa k-kau t-terjebak m-macet?" Lanjutku agak terbata.
"Tidak. Aku hanya ingin pertemuan ini cepat berakhir. Aku tidak peduli dengan apa yang kau pikirkan tentang pertemuan ini tapi kuharap kau tidak mengharapkan apa-apa." Tukasnya sambil mengalihkan pandangannya keluar jendela.
'Eh..Apa-apaan dia…'pikirku tak suka dengan tingkahnya. Jujur saja, dia agak menakutkan bahkan cenderung menyebalkan.
"S-sou d-desu ne…" Gumamku seraya meraih tas jinjing kulit berwarna Dark Brown. " K-kalau demikian, a-aku permisi." Tambahku seraya menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. Entah mengapa seketika pergerangakanku ini membuat raut wajahnya agak berubah.
"Tunggu."Gumam pria itu seraya menahan tangan kananku sambil menatapku intens. Tak lama salah dengan penglihatanku atau memang dia sedang tersenyum tipis. Ya, ku yakin itu adalah sebuah senyuman yang cukup tipis. Dan bukan hanya itu saja yang aneh pada dirinya, ada sebuah seringai kecil di sudut bibirnya. Apa maksudnya itu?
jangan lupa bagi sahabat Tundhu_Media_System untuk follow blog ini yach . .


Sebelumnya aku tak pernah menduganya. Dan entah bagaimana itu bisa terjadi. Yang ku tahu adalah dengan sikapnya itu bisa memperlancar kerjaku dan segera menyelesaikan tugas yang memuakkan dan menyesakkan ini.
Serta entah bagaimana setiap mengingat kejadian tempo hari membuatk ingin tertawa, jantungku berdetak lebih cepat dari biasanya. Mengingat tingkah lucunya dan dari data yang kuperoleh, anehnya itu diluar dari kebiasaannya.
Flashback
"S-sou d-desu ne…"Gumamku. " K-kalau demikian, a-aku permisi." Tambahku seraya menyelipkan helaian rambut ke belakang telinga. Entah mengapa seketika pergerangakanku ini membuat raut wajahnya agak berubah.
"Tunggu."Gumam pria itu seraya menahan tangan kananku sambil menatapku intens. Tak lama salah dengan penglihatanku atau memang dia sedang tersenyum tipis. Ya, ku yakin itu adalah sebuah senyuman yang cukup tipis. Dan bukan hanya itu saja yang aneh pada dirinya, ada sebuah seringai kecil di sudut bibirnya. Apa maksudnya itu?
Perlahan akupun duduk kembali seperti semula.
Hening.
Hening.
Ia tak berbicara apapun. Yang ada hanya menatapku terus dengan mata tajamnya. Aku sungguh tidak tahan. Aku mencoba mengalihkan pandangan pada hidangan yang sudah tersedia di hadapanku ini.
"A-Apa yang kau inginkan?" Tanyaku tanpa menatapnya seraya mengaduk terus sepiring Pasta tanpa menyantap menu hidangan yang kupesan itu.
Terdengar helaan napasnya. Terasa sebuah kelegaan yang terpancar dari sana. Namun, masih saja tak terdengar sepatah katapun darinya. Ini sungguh membuatku kesal dan bosan. Meski aku suka dengan ketenangan tapi tidak dengan hal seperti ini. Sama saja dengan menyita waktuku. Memang sepertinya aku harus lebih bersabar karena pria yang dihadapanku ini bukanlah pria sembarangan dan juga pria ini adalah target yang diberikan 'MR' pada tugasku kali ini.
"Ayo kita pergi." Ucapnya langsung menarik tangan kiriku.
AKH!
Tarikannya tidak bisa dibilang pelan. Semakin lama ia akan menyakiti tanganku. Aku terus memanggilnya seraya mengeluh kesakitan tapi ia seperti tidak mengindahkannya. Langkah kami baru berhenti ketika sebuah mobil sport berwarna hitam berhenti di depan kami.
"L-lepaskan!" Seruku seraya menghempaskan tangannya agar terlepas dari tanganku. Tak lama ia pun melepaskan cengkramannya dari tanganku.
"K-Kau menyakiti tanganku." Gumamku sambil mengelus pelan pergelangan tangan yang sudah memerah.
"Kau tidak apa-apa?" Pria itu bertanya seraya meraih tanganku yang sakit sambil mengelusnya pelan. Pria ini sungguh aneh. Tiba-tiba aku tersentak kaget hingga membuat kedua pipiku terasa hangat dan pastinya memerah. Bagaimana tidak, melihat perlakuannya padaku. Aku bisa merasakan getaran yang menjalari kejantungku saat ia mengecup pelan pergelangan tanganku yang memerah akibat cengkramannya.
"Gomen ne." Bisiknya sambil tersenyum tipis setelah membuatku tak berkutik akibat tingkahnya itu. Sorot matanya menatapku langsung dengan raut wajahnya yang cemas dan merasa bersalah.
'Kenapa? Bagaiaman bisa dia…?' gumamku dalam hati sambil melihatnya lewat sudut mataku saat ia membawaku entah kemana dengan mobil hitam nan mewahnya.
Flashback end

Disamping lain aku merasa senang dengan sikapnya tetapi disisi lain aku semakin merasa bersalah dengan perlakuanku nantinya akan membuatnya terluka tanpa tahu apapun. Entahlah, aku sungguh binggung bagaimana harus menghadapi situasi ini.
Dan semenjak itu, pria yang kuketahui bernama Uchiha Sasuke itu beberapa kali kerap menghubungiku dan terkadang mengajak ku makan malam bersama, menikmati akhir pekan bersama. Ku kira ia tidak mau melanjutkan pertemuan dengan kedok dari acara kencan buta. Aku tidak mengerti dengan alasannya yang sebenarnya dan iapun tak pernah mengungkapkannya padaku. Dan hingga membuat tugasku berjalan apa adanya tanpa rencana matang yang memusingjan untuk mendekatinya.

"K-kau mau mengajakku kemana?" Tanyaku heran sambil menatap sekeliling lewat jendela mobil.
Ketika itu saat aku sedang melakukan sebuah diskusi dengan Kakashi, tiba-tiba dia menghubungiku dan meminta untuk bertemu atau lebih tepatnya memaksa untuk bertemu. Secara tidak langsung membuat acara diskusiku dengan Kakashi terhenti. Dan pria berambut perak itu menanggapinya dengan senang hati dan menyuruhku memanfaatkan situasinya hingga sampai akhirnya disinilah aku. Duduk manis di dalam mobilnya seraya bertanya-tanya kemana ia akan mengajakku pergi.
"…" Sasuke tidak menjawab. Ia hanya tersenyum tipis sambil mengelus pelan puncak kepalaku. Lagi-lagi tingkahnya membuatku merona dan menundukkan pandangan ke arah jendela disampingku.

"Jadi…dia sudah mulai dekat dengan bocah Uchiha itu?" Tampak sebuah sosok sedang duduk membelakangi meja kerjanya. Kedua tangannya saling bertautan didepan mulutnya seraya menumpukannya di kedua sisi pegangan pada kursi besar nan empuk berwarna Dark Red.
"Hai'." Sahut sang bawahannya yang nampak familiar dengan rambut berwarna perak. Tak lama diketahui ternyata adalah Hatake Kakashi.
"Bagus sekali. Perintahkan pada gadis itu untuk segera melakukan langkah selanjutnya."
"Baik. Tetapi- "
"Kau boleh pergi." Potong sang atasan pada tangan kanannya itu. Ia tahu apa yang ingin dikatakan oleh Kakashi.
"Tapi Hinata-"
"Pergilah!" Tukas sang atasan dengan tajam.
Sementara Kakashi tahu ia kesulitan untuk mengemukakan pendapatnya terhadap rencana sang atasan atau biasa dikenal dengan inisial MR dan Kakashipun tahu MR tidak mau mendengar pendapatnya lagi terutama untuk masalah ini. Tanpa berkata apapun lagi Kakashi meninggalkan MR diruangannya sendiri.
"Lihat saja. Aku akan membuktikan semua kata-kataku setelah apa yang telah kau lakukan padaku. Aku akan membuat hidupmu menderita, tak kubiarkan kau hidup dengan tenang." Desis MR menyeringai seraya meremas sebuah kertas yang langsung dilemparkannya begitu saja, kemudian ia tegak segelas wine membasahi tenggorokannya.

"S-Sasuke-kun…ini dimana?" Tanyaku heran begitu turun dari mobil setelah Sasuke membukakan pintu mobil untukku.
"Ini rumahku." Sahutnya singkat.
"Apa? K-kenapa kau membawaku kesini? Ini…"
"Aku ingin kau bertemu dengan orang tuaku."
"T-tapi…Bagaimana mungkin? A-aku…K-kenapa? Padahal kita belum lama saling mengenal…B-bagaimana kau bisa?"
"Kau marah?"
"B-bukan begitu…tapi-"
Belum sempat aku menyelesaikan ucapanku tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka dan menampilkan sosok wanita paruh baya dengan senyum menawan, terasa begitu hangat saat melihatnya.
"Kalian sudah datang." Ucapnya menyambut kami. Aku masih heran dan bingung dengan situasi ini.
Wanita paruh baya itu langsung menghambur memelukku. Hatiku terasa mencelos. Sebuah pelukan hangatnya sangat terasa. Wangi tubuhnya sangat menyenangkan. Lembut dan segar.
"A-anda…S-siapa?" Tanyau heran saat wanita paruh baya itu melepaskan pelukannya dan menatapku dengan lembut.
"Aku sudah dengar dari Sasu-kun. Aku ingin tahu gadis seperti apa yang membuatnya jatuh hati pada pandangan pertama." Ucapnya tersenyum seraya mengerlingkan mata jahil ke arah Sasuke.
"Kaa-san." Sasuke mendengus sambil melangkah cepat meninggalkan kami, terlebih meninggalkan aku yang masih bingung bersama wanita paruh baya yang baru kuketahui adalah ibunya.

Ny. Uchiha Mikoto. Ibu Sasuke membawaku memasuki ruang keluarga yang tampak nyaman dan luas. Memiliki warna yang hangat dan ceria serta prabotan klasik yang unik. Dipojok ruangan terdapat pula meja bar berukuran sedang serta ada pula sebuah perapian. Dan sekarang aku duduk berdampingan dengan Mikoto-baasan disofa. Di hadapan kami duduk kepala keluarga Uchiha, Uchiha Fugaku dan tentunya Sasuke. Setahu yang aku dengar Sasuke bukan anak tunggal, ia masih memiliki seorang kakak laki-laki yang sudah menikah dan kini tinggal di salah satu negara bagian di benua Amerika.

"Kau tahu Hinata-chan? Awalnya aku kesal saat Sasu-kun bilang tidak ingin melanjutkan kencan buta waktu itu karena sudah memiliki orang yang disukainya tapi sekarang saat aku melihat siapa orangnya. Benar-benar membuatku terkejut sekaligus sangat senang. Aku tak mengira kalau gadis yang menjdi pasangan kencan butanya adalah orang yang sama." Ucap panjang lebar Mikoto-baasan sambil tersenyum seraya melirik Sasuke yang tersipu malu.
Tunggu
Sasuke tersipu malu?
Bukan
Bukan Sasuke tapi AKU.
Ya. Aku tersipu malu mendengarnya. Bagaimana tidak, setelah sebelumnya Sasuke menyukai seorang gadis pada pandangan pertama dan kini aku mengetahui bahwa gadis tersebut adalah aku sendiri. Aku yakin wajahku pasti sudah sangat memerah. Ini tidak bisa dipercaya. Aku. Hyuuga Hinata. bagaimana…
"Sudah hentikan. Kau membuat mereka malu. Kalau terus membicarakannya kapan kita makan malam?" Ucap sang kepala keluarga.
"Baiklah. Ayo Hinata-chan." Sahut Mikoto-baasan seraya merangkul bahuku mengajak memasuki ruang makan yang terbilang cukup megah dan mewah.

"Aku benar-benar senang. Aku sempat khawatir jika Sasu-kun belum juga mendapatkan pasangannya sehingga aku berkali-kali memintanya mengikuti kencan buta. Dan yang selalu berakhir dengan kegagalan. Hingga akhirnya ia bertemu denganmu. Aku tahu kau adalah orang tepat tuk menjadi istri putraku." Lirih Mikoto-baasan seraya tersenyum saat beliau mengantarku hingga tepat didepan mobil Sasuke.
"Baa-san…"
"Kaa-san. Aku ingin kau memanggilku Kaa-san. Boleh?"
"K-Kaa-san." Ucapku terbata seketika entah kenapa ada sesuatu yang menjalar ke jantung begitu aku mengucapkannya. Dan kemudian Mikoto-baasan – bukan – Mikoto-kaasan memberiku pelukan hangat sebelum memasuki mobil Sasuke yang akan mengantarku pulang.

"Kau kenapa?"Tanya Kakashi sambil menyeruput segelas coklat hangat setelah ku sodorkan ke hadapannya.
"Entahlah…"
"Kau terlihat lesu. Apa kau sakit?" Ucapnya khawatir sambil meletakkan sebelah tangannya ke dahiku seolah-olah bisa mengukur suhu badanku.
"Aku tidak apa-apa. Kau tak perlu khawatir. Aku hanya sedang bingung." Lirihku sambil tersenyum yang terkesan memaksakan seraya menghempaskan tangan Kakashi dan menyandarkan punggungku ke sandaran sofa yang sedang kami duduki.
"Bingung bagaimana?" Kakashi mengerutkan dahinya hingga kedua alisnya hampir saling bertautan.
"Bukan apa-apa. Apa yang dikatakan MR?"
"Secepat mungkin kau harus melakukan ini." Raut wajah Kakashi berubah serius saat ia menyerahkan sebuah map berwarna merah di tengah terdapat gambar logo khusus yang melambangkan sebagai kekuasaan dari seorang MR.
Betapa terkejutnya aku hingga membelalakan mata. Hatiku mencelos ketika membaca kalimat-kalimat yang tersusun rapi membentuk sebuah paragraf yang menggambarkan bagaimana rencana MR yang harus aku lakukan. Tanganku bergetar memegang map merah itu. Detak jantung terpacu cepat.
"Ini tidak mungkin. Bagaimana bisa aku melakukan hal sekejam ini. Aku tidak bisa melakukan hal sekejam ini."
"Aku sudah menduganya dan ingin kukatakan langsung padanya. Namun, ia tak mau mendengarkanku. Kau sudah tahu betapa mengerikannya dia. Dan dari awal aku sudah mengatakannya padamu kalau kali ini sangat berbahaya dan beresiko besar untukmu."
"Aku tahu. Tetapi aku tidak mengira akan jadi seperti ini. Ini…A-aku…"Aku mengambil jeda. Sesaat menghela napas panjang mencoba mengatur detak jantung agar kembali seperti semula serta menenangkan pikiranku yang kacau dengan rencana busuk MR. "Ini akan sangat sulit kulakukan. Bagaimanapun ia akan mendapatkan hal yang ia inginkan tapi setidaknya aku ingin menggunakan caraku sendiri."
"Kau tenanglah, aku akan selalu membantumu." Lirih Kakashi memcoba menenangkanku seraya mengelus pelan punggungku.
"Semakin lama aku semakin sulit terlepas darinya dan itu sangat menyiksakan." Gumamku seraya menerawang ke depan menatap kosong meja yang ada dihadapan kami. Situasi ini sungguh membuatku frustasi. Perlahan tanpa sadar caira benih sudah merembes membasahi kedua pipiku.

Sore itu perlahan hujan mulai reda. Tinggallah sisa-sisa tetesan air yang sering disebut dengan gerimis kecil ikut membasahi setiap tempat yang dilaluinya. Hawa dingin masih terasa dan berbeda dari biasanya. Mungkin sebentar lagi akan memasuki musim gugur. Air hujan masih membekas membasahi jendela. Semilir angin berlari bersama sang gerimis hingga membawanya pergi tak tersisa, hanya terlihat jejak-jejak langkah sang hujan. Perlahan langit mulai menampakkan keindahan dengan warna birunya yang dihiasi dengan pancaran sinar sang mentari senja y`ng ikut mulai terlihat.
Sepasang gelas cappuccino hangat masih tersisa di mug yang bercorak beruang kecil dengan setia berdiri meja ditemani sepiring biscuit choco yang rasa tak terlalu manis dan beberapa kue kering lainnya. Terdengar alunan lembut rangkaian not membentuk music klasik yang merdu. Dua insan duduk lesehan di depan jendela besar di sebuah apartement sederhana yang tertata rapi. Sang pria memeluk hangat sang gadis dari belakang dalam selimut hangat berwarna Deep Azure. Sebelah tangan mereka saling bertautan. Mereka pun saling melempar senyum.

"Hujannya sudah reda." Lirih sang gadis.
"Hn." Sang pria perlahan mengeratkan pelukannya seraya menghirup wewangian yang menguar dari rambut sang gadis. Wangi shampoo yang disukai sang pria bahkan setiap menghirupnya seakan-akan membuat sang pria merasakan sensasi tenang dan sangat nyaman.
"Sasuke-kun…"
"Hn?" pria yang dipanggil 'Sasuke-kun' itu masih bertahan dengan posisinya bahkan pergerakannya semakin mendekati daun telinga sang gadis.

DEG
"S-sebentar lagi w-waktunya makan malam. B-biarkan aku siapkan h-hidangannya." Lirih Hinata yang bergidik geli dengan perlakuan Sasuke seraya mencoba melepaskan diri tetapi dengan cepat Sasuke menahannya dan kembali mengeratkan pelukannya seakan-akan tak ingin melepaskan Hinata.
"Hinata…" bisik Sasuke mengambil jeda seraya menghembuskan napas hangatnya mengelitik telinga Hinata hingga membuat Hinata semakin bergidik geli. "…kita…menikah saja ya?" lanjutnya.
DEG DEG
Seketika Hinata diam membeku dan membelalakkan matanya mendengar pertanyaan yang lebih terdengar sebagai penyataan. Merasa belum mendengar respon dari Hinata, Sasuke mengulang kembali ucapannya.

To Be Continued !!! . .

0 Comments:

Posting Komentar